BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia
secara langsung atau tidak langsung sangat tergantung pada kehidupan tanaman.
Pengaruh langsung tanaman pada manusia antara lain tanaman sebagai sumber
pangan, bahan bakar, bahan bangunan, dan berbagai macam bahan menyah industri.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman untuk memenuhi kebutuhan
manusia, maka manusia berupaya untuk mengembangkan tanaman dengan cara bercocok
tanam . Dalam rangka mensukseskan bercocok tanam maka perlu dibekali dengan
ilmu yang mendukung cara-cara bercocok tanam yang baik dengan benar. Agronomi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan lapang produksi meliputi
pengolahan tanah, pemilihat bibit, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan
sehingga dapat menghasilkan produksi maksimum. Produksi maksimum yang dimaksud
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi,
mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta
memperpanjang kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi
baik mengenai jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan
tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan hidupnya
Perkecambahan benih adalah proses pengaktifan kembali
aktifitas pertumbuhan embrio di dalam biji yang terhenti untuk kemudian mem
bentuk bibit. Untuk terjadinya perkecambahan diperlukan syarat internal dan
eksternal. Syarat internal adalah pembentukan embrio yang sehat dan normal,
sedangkan syarat eksternal yang utama yaitu adanya air yang cukup, suhu yang
sesuai, cukup oksigen dan adanya cahaya. Yang dimaksud dengan daya tumbuh atau
Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari sejumlah benih yang
di kecambahkan pada media tumbuh optimal (kondisi laboratorium) pada waktu yang
telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen.
Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan
benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis
benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter
viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan
benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. Pada
kesempatan ini yang akan dipelajari metode uni daya kecambah (SGT), uji
kecepatan berkecambah (IVT), uji hitung pertama (FCT), uji pertumbuhan akar dan
batang (RSGT). Kondisi lingkungan perkecambahan pada semua metode ini adalah optimum.
Benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan
sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul. Benih yang
berkualitas tinggi itu memiliki daya tumbuh lebih dari Sembilan puluh persen,
dengan ketentuannya yaitu, memiliki viabilitas dan memiliki keturunan.
2.1 TUJUAN.
Ø Mempelajari beberapa metode penggunaan media
tanam dalam pengujian vigor benih pada kondisi optimum serta membandingkan
hubungan antara parameter pengujiaan
Ø Menentukan
daya dan presentasi dari perkecambahan
benih.
Ø Untuk
menentukan kekuatan tumbuh ( seed vigor ) benih yang di uji
Ø Mengetaui
kadar air yang terkandung dalam benih
Ø Untuk
mendapatkan informasi tentang nilai pertumbuhan benih di lapangan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Produksi
Tanaman Sawi
A Klasifikasi Botani
Divisi :Spermatophyta.
Subdivisi:Angiospermae.
Kelas:Dicotyledonae.
Ordo\:Rhoeadales(Brassicales).
Famili:Cruciferae(Brassicaceae).
Genus:Brassica.
Spesies : Brassica Juncea
Subdivisi:Angiospermae.
Kelas:Dicotyledonae.
Ordo\:Rhoeadales(Brassicales).
Famili:Cruciferae(Brassicaceae).
Genus:Brassica.
Spesies : Brassica Juncea
B Jenis Jenis Sawi
Petani
kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih
(sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma.
- Sawi
putih (Brassica rugosa)
Sawi putih (Brassica rapaconvar.pekinensis;
suku sawi-sawian atau Brassicaceae ) dikenal sebagai
sayuran olahan dalam masakan Tionghoa; karena itu disebut juga sawi cina.
Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat dan tangkai daunnya
putih. Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan
(diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam capcay,
atau pada sup bening. Sawi putih beraroma khas namun netral.
·
Sawi hijau (Brassica juncca)
Varietas berdaun besar dan hidup di tanah kering
dari tanaman yang sama ini rasanya agak tajam. Biasanya sawi hijau banyak
dijadikan asinan untuk konsumsi penduduk golongan Cina.
- Sawi
huma (Brassica juncea)
Ini adalah suatu varietas berbatang panjang dan
berdaun sempit. Tanaman ini tak tahan terhadap hujan, tak mudah diserang oleh
ulat. Sawi ini berbulu dan rasanya tajam. Biasanya banyak ditemukan di
sawah-sawah dan hanya dimakan di pedalaman.
C Syarat-Syarat Tumbuh
1.
Iklim
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
2.
Daerah
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai
500 meter dpl.
3.
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah
gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6
sampai pH 7.
4. Cuaca
Tanaman sawi
tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung
dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat
tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak
senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di
tanam pada akhir musim penghujan.
D Bercocok
Tanam
1 Benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh
dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750
gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan
agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan
harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama
penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga
harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan
alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus
memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai
benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan
benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan
dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama
penggunaan.
3 Pembibitan
Pembibitan
dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih
efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang
ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter.
Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu
sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu
di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan
pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1
– 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.
4 .Penanaman.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng
30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu
pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam
bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik,
pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 –
10 cm.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan
sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang
ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi
kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman
dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan,
penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut
tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengann benih tidak lebih dari 3 tahun.
6
Panen dan Penanganan Pasca Panen.
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur
panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek
umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan
ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta
akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah
dengan pisau tajam.
2.2 Dayah
Tumbuh
Daya Berkecambah Benih adalah informasi kemampuan benih
tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik
lapangan yang serba optimum.
Daya berkecambah benih dapat memberikan informasi kepada pemakai benih akan pentingnya kemampuan benih untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum . metode perkecambahan dilaboratorium hanya menetukan persentase perkecambahan total , yang diikuti dengan pemunculan dan perkembangan struktur penting dari embrio , yang menunjukkan kemampuan tersebut akan nilai kemampuan suatu tanaman dapat berjalan normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan pada kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan nya tersebut , dapat dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak mengalami masa dorman , tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu , akan dianggap mati. Agar hasil benih sesuai dengan keadaan laboratorium bernilai korelasi dengan keadaan kenyataan positif nantinya , ada beberapa hal yang perlu diperhatikan , yaitu :
Daya berkecambah benih dapat memberikan informasi kepada pemakai benih akan pentingnya kemampuan benih untuk tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum . metode perkecambahan dilaboratorium hanya menetukan persentase perkecambahan total , yang diikuti dengan pemunculan dan perkembangan struktur penting dari embrio , yang menunjukkan kemampuan tersebut akan nilai kemampuan suatu tanaman dapat berjalan normal pada kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan pada kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan nya tersebut , dapat dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak mengalami masa dorman , tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu , akan dianggap mati. Agar hasil benih sesuai dengan keadaan laboratorium bernilai korelasi dengan keadaan kenyataan positif nantinya , ada beberapa hal yang perlu diperhatikan , yaitu :
Ø Kondisi
lingkungan dilaboratorium
Ø Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada
saat benih mengalami satu fase
pe rkembangan diamana dapat dibedakanantara kecamba normal dan kecamba
abnormal
Ø Pada saat pertumbuhan dan perkembangan
kecambah harus sedemikian sehignga dapat mempunyai kemampuan menjadi tanaman
normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan dilapangan.
Ø Lama pengujian harus berdasarkan pada waktu
yang telah ditentukan
2.3 Kadar
Air
Penentuan
kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan.
Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. (Sutopo,
1984)
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang. (Katrasapoetra, 1986)
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryosac yang sedang mengalami proses fertilization mempunyai kadar air kira-kira 80%. Dalam beberpa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85%, lalu pelan-pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampai kira-kira 20% pada biji tanaman serealia. Setelah tercapai berat kering maksimum daripada biji, kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik turun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan. Angka kadar air ini agak tinggi di daerah tropis oleh karena kelembaban udara di daerah ini lebih tinggi, yaitu rata-rata 75%. (Kamil, 1986)
Komposisi kimia benih mempengaruhi kadar air keseimbangan benih dengan lingkungannya. Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopis. Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan benih berpati tinggi, jagung lebih tinggi daripada yang dicapai oleh benih berminyak tinggi, kedelai. Hal ini masu akal karena minyak atau lemak tidak dapat bercampur dengan air. Karena itu, jika kadar air benih jagung atau kedelai seberat 100 g diukur, maka mengingat perbedaan dalam kandungan minyak antar keduanya akan didapatkan bahwa kira-kira 96% dari bahan jagung akan menyerap air, sedangkan pada kedelainya hanya kira-kira 80%. Jadi, total jumlah kelembaban dalam jagung lebih tinggi daripada yang ada dalam kedelai. (Mugnisjah, 1990)
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6%-8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. (Mugnisjah, 1990)
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang. (Katrasapoetra, 1986)
Umumnya pada tanaman legume dan padi-padian, ovule atau tepatnya embryosac yang sedang mengalami proses fertilization mempunyai kadar air kira-kira 80%. Dalam beberpa hari kemudian kadar air ini meningkat sampai kira-kira 85%, lalu pelan-pelan menurun secara teratur. Dekat kepada waktu masak kadar air ini menurun dengan cepat sampai kira-kira 20% pada biji tanaman serealia. Setelah tercapai berat kering maksimum daripada biji, kadar air tersebut agak konstan sekitar 20% tetapi sedikit naik turun seimbang dengan keadaan lingkungan di lapangan. Angka kadar air ini agak tinggi di daerah tropis oleh karena kelembaban udara di daerah ini lebih tinggi, yaitu rata-rata 75%. (Kamil, 1986)
Komposisi kimia benih mempengaruhi kadar air keseimbangan benih dengan lingkungannya. Hal ini tidak lain karena benih bersifat higroskopis. Karena itu benih akan menyerap kelembaban dari atau melepaskan kelembaban yang dimilikinya kepada atmosfer di sekelilingnya sampai terjadi suatu keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif dari atmosfer lingkungan. Jumlah kelembaban dalam benih pada saat keseimbangan itu berkaitan langsung dengan komposisi kimia benih. Kadar air keseimbangan benih berpati tinggi, jagung lebih tinggi daripada yang dicapai oleh benih berminyak tinggi, kedelai. Hal ini masu akal karena minyak atau lemak tidak dapat bercampur dengan air. Karena itu, jika kadar air benih jagung atau kedelai seberat 100 g diukur, maka mengingat perbedaan dalam kandungan minyak antar keduanya akan didapatkan bahwa kira-kira 96% dari bahan jagung akan menyerap air, sedangkan pada kedelainya hanya kira-kira 80%. Jadi, total jumlah kelembaban dalam jagung lebih tinggi daripada yang ada dalam kedelai. (Mugnisjah, 1990)
2.4 Budidaya Tanaman Kacang Tanah.
A Klasifikasi
Botani
Kerajaan plantae
Divisi Tracheophyta
Kelas Magnoliophyta
Ordo Fabales
Famili Fabaceae
Upafamil Faboideaeie
Bangsa Aeschinomeneae
Genus Arachis
Spesies Arachis hipogaea
Kacang tanah termasuk tanaman
polong-polongan yang berbunga sempurna, menyerbuk sendiri setelah pembuahan,
bunga langsung layu membentuk ginofor dan membentuk polong di dalam tanah.
Pembentukan polong terjadi sekitar 40 hari setelah masa tanam dan pemasaran
buah hingga siap panen berlangsung setelah tanaman berumur 90 hari (Suparman,
2003)
Jenis kacang tanah yang berumur pendek
3-4 bulan, dengan tope pertumbuhan tegak dapat menggunakan jarak tanam 15cm x
30cm, yakni jarak antar larikan 30cm dan jarak antar benih 15cm. Dengan
pengaturan jarak tanam semacam ini bisa diperoleh 210.000 tanaman/hektar,
sedangkan benih yang diperlukan sebanyak 110 kg polong kering per hektar. (Aak,
2002)
Sebelum dilakukan penanaman kacang tanah
perlu dilakukan pengolahan tanah. Setelah tanah diolah dengan cangkul beberapa
kali hingga tanah menjadi gembur, tanah kemudian diratakan dengan garu.
Selanjutnya pada permukaan tanah yang rata tadi dibuat larikan dengan cangkul.
Kedalaman larikan 5 cm. Dengan demikian tanah sudah siap untuk ditanami kacang
tanah (Woodroof, 1966)
Penyiangan (rumput dicabut dan
dibenamlkan ke dalam tanah) dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3-4
minggu. Setelah dicabut, rumpu-rumput itu kemudian dibenamkan kedalam tanah.
Rumput-rumput yang dibenamkan akan membusuk dan sangat bermanfaat sebagai pupuk
bagi tanaman. Disamping itu pendangiran untuk menggemburkan tanah perlu
dilakukan sehingga kondisi tanah tetap subur, selalu terangini serta selalu
terkena sinar matahari langsung dan jasad renik yang merugikan akan mati.
(Anonim, 2008)
Panen kacang tanah dilakukan apabila 75%
polong telah tua. Ciri polong yang telah tua adalah (1) kulit polong agak
keras, (2) warna polong kecoklatan, (3) polong berisi penuh tetapi biji tidak
terlalu keras, (4) kulit ari biji tipis tetapi mudah dikelupas, (5) kadar air
biji menurun dibawah 25 % (Irwan, 2006)
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktek teknologi benih
dilaksanakan di laboratorium biologi
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang pada bulan juni 2011
3.2 Alat
dan Bahan
A Daya Tumbuh
·
Cawan petri
·
Pinset
·
Seed grower (sawi hijau sawi daging)
·
Botol sprayer
·
Media tanam
·
Polibag
·
Air
B Uji
Produksi
·
Bibit sawi (sawi daging dan sawi hijau)
·
Media tanam berupa bahan organic dan top
soil
·
Air
·
Polibag
·
Perlengkapan pengambilan data (mistar
pulpen buku tulis)
C Kadar Air
·
Cawan
·
Mortar
·
Timbangan analitik
·
Desikator
·
Oven
·
Benih kacang tanah (biji konsumsi dan biji benih )
3.3 Langka Kerja
A Daya Tumbuh
1)
Siapkan media tanam. (Media berupa
2)
Siapkan benih. Benih yang digunakan
berupa sawi hijau dan sawi daging
3)
Masukan media tanam kedalam polibag yang
telah disiapkan
4)
Siram media agak lembap kemudian dibuat
alur dalam sesuai dengan ukura biji untuk meletakan benih yang akan disemai.
5)
Tempatkan benih kedalam alur kemudia
ditutup dengan tanah halus
6)
Dengan menggunakan sprayer, semprot lagi
media yang sudah ditanam tersebut dengan air
7)
Tempatkan pada tempat yang telah
disiapkan
8)
Pengamatan daya tumbuh (selama 5 hari pengamatan
dilakukan setiap hari)
B Uji Produksi
1)
Siapkan media tanam (campuran top soil
dengan bahan organik)
2)
Siapkan bibit. Bibit yang digunakan
berupa sawi hijau dan sawi daging
3)
Masukan media kedalam polibag
4)
Tempatkan polibag sesuai tempat yang
telah disiapakan.
5)
Siram media dengan air sampai lembap
6)
Buat lubang tanam
7)
Masukan bibit (sawi hjau dan sawi
daging) kedalam lubang. Kemudian tekan pangkalnya agar kuat
8)
Siram lagi bibit yang sudah ditanam
tersebut
9)
Tanaman siap diamati (setiap 1 minggu
sekali sampai panen)
C Kadar Air
1)
Timbang,cawan + tutup (m1)
2)
Timbang benih+cawan+tutup (m2)
3)
Haluskan benih kacang tanah
4)
Atur suhu oven (130± 3) C masukan benih
kedalam oven selama 2 jam
5)
Keluarkan dan masukan dalam desiktor (30
menit)
6)
Timbang benih+cawan+tutup yang sudah
dingin
7)
HItung kadar air
Ka (
) (M2 – M3)×


BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Data
hasil pengamatan praktikum dapat dilihat dalam table dibawah ini
A Daya Tumbuh dan Produksi Tanaman Sawi
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Daya Tumbuh
KEL
|
Jenis benih
|
Label
(%)
|
Uji
(%)
|
Produksi (berat basa)
|
A
|
Sawi hijau
|
87 %
|
|
|
1
|
KEL I
|
|
95 %
|
|
2
|
KEL II
|
|
93 %
|
|
3
|
KEL III
|
|
94 %
|
|
4
|
KEL IV
|
|
65 %
|
|
5
|
KEL V
|
|
98 %
|
|
|
Rata-rata
|
|
89 %
|
|
B
|
Sawi daging
|
90%
|
|
|
1
|
KEL I
|
|
83 %
|
|
2
|
KEL II
|
|
90 %
|
|
3
|
KEL III
|
|
92 %
|
|
4
|
KEL IV
|
|
45 %
|
|
5
|
KEL V
|
|
90 %
|
|
|
Rata-rata
|
|
80%
|
B Kadar Air
Table 2.
Perhitungan Kadar Air
Kelompok
|
I
|
II
|
III
|
Rata-
rata
|
Biji konsumsi
|
8.35%
|
15,47%
|
8.60%
|
10,81%
|
Kelompok
|
IV
|
V
|
Rata
- rata
|
|
Benih tanam
|
15,19%
|
19,23
|
17,21%
|
4.2
Pembahasan
A
Daya Tumbuh
Perkecambahan
benih adalah proses pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrio didalam
biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Untuk terjadinya perkecambahan
diperlukan syarat internal dan eksternal. Syarat internal adalah pembentukan
embrio yang sehat dan normal, sedangkan syarat eksternal yang utama yaitu
adanya air yang cukup, suhu yang sesuai, cukup oksigen dan adanya cahaya. Yang
dimaksud dengan daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang
berkecambah dari sejumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal
(kondisi laboratorium) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam
persen Biji / benih yang dinyatakan berkecambah apabila telah mengeluarkan
unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar dan tunas.
Terdapat bermacam-macam metode uji
perkecambahan benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan
dengan jenis benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis
parameter viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji
perkecambahan benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan
tanah
Dalam praktikum pengujian daya kecambah
tersebut kami menggunakan media
·
Media campuran
·
Media Tanah
·
Media Pasir
·
Media campuran tanah + pasir
·
Media pasir + tanah
Antara kedua jenis
tanaman diatas memiliki sifat media yang berbeda dalam proses perkecambahan,
untuk tanaman sawi hijau dari kelima media diatas yang paling bagus dan cocok
untuk perkecambahan yaitu media pasir +
tanah, ini diukur dari daya kecamba dari benih tersebut dengan prosentase
tumbuh (98%) Untuk tanaman sawi daging media yang cocok yaitu,media campuran
tanah + pasir dengan prosentase tumbuh
sebesar (90%) perbedaan ini, disebapkan leh beberapa factor kondisi media
tanam, lingkungan perkecambahan seperti suhu, kelembaban, aerasi dan drainase
Dalam praktikum ini juga terdapat perbedaan antara daya
tumbuh dalam pengujian leb (prosentase dalam label) dengan pengujian dalam
praktikum ini, ada yang kurang dan ada yang lebih tinggi dari uji leb. Ini tergantung
dari beberapa factor; seperti media semai dan kondisi lingkungan
Dari table diatas dapat dilihat untuk tanaman sawi hijau
saat tumbuh dengan prosentasi kecambah yang tinggi terdapat pada media kelompok
V, (57%) dan untuk benih sawi daging terdapat pada kelompok IV (48%). Kecepatan
tumbuh suatu benih sangat dipengarui oleh kadar
embrio dan vigor suatu
benih.
B Uji Produksi
C Kadar Air
Untuk memperoleh kadar
air suatu bahan perlu perlakuan
dengan pengeringan. Pengerinagan terbagi atas dua yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan,
dalam praktikum ini kami menggunakan pengeringan buatan yaitu menggunakan oven
Kelebihan Pengeringan Buatan adalah
suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh
cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan.
Kelemahan Pengeringan Buatan adalah
memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi
dibanding pengeringan alami.(Anonimd, 2009)
Berdasarkan
table diatas menunjukkan data yang telah diperoleh dalam percobaan,
dimana bahan / sampel yang akan dikeringkan adalah kacang tanah (kacang benih
dan kacang konsumsi) Pada kelompok praktikum biji konsumsi terdapat
perbedaan yang cukup jauh itu terdapat pada kelompok II yaitu (7.00%) dan pada
kelompok Benih tanam terdapat perbedaan (4,04%) ini disebapkan oleh factor perlakuan seperti
bentuk dan ukuran bahan.
Antara kedua jenis benih tedapat
perbedaan rata rata (6.40%) kadar air,
ini terjadi karena beberapa factor sifat
bahan yaitu : ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan. Untuk Ukuran
bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat Kadar air:
Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat .Kadar air
meningkat disebapkan oleh factor penyimpanan kelembaban ruangan dan wadah
penyimpan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, Ance G. 2003 Teknologi
Benih.. Jakarta: Rineka Cipta
Aak.
2002. Kacang Tanah. Yogyakarta.
Kanisius
Irwan,
A.W. 2006. Penanaman Kacang Tanah di
Tanah Alfisol dan Oxisol. JurnalIlmu-Ilmu Pertanian Indonesia 4 (2).
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Anonim 2009, Metode Kadar Air
http://id.shvoong.com/tags/metode
kadar air/ , [8 Desember 2009] Makassar.
Lampiran :
Hitung kadar air :
Ka (%) = (M2 – M3) x 100
M2 – M1
Kelompok I :
M1 = 48,85
M2 = 56,9615
M3 = 56,2845
Ka (%) = (56,9615
– 56,2845) x 100
56,9615 – 48,85
=
0,677 x 100
8,1115
=
0,677 x 12,328
=8,35
%
Kelompok II :
M1 = 49,95
M2 = 52,60
M3 = 52,19
Ka (%) = (52,60 –
52,19) x 100
52,60 – 49,95
=
0,41 x 100
2,65
=
0,41 x 37,73
=
15,47 %
Kelompok III
M1 = 47,99
M2 = 57,05
M3 = 56,27
Ka (%) = (57,05 –
56,27) x 100
57,05 – 47,99
=
0,78 x 100
9,06
=
0,78 x 11,03
=
8,60 %
Kelompok IV :
M1 = 48,87
M2 = 52,16
M3 = 51,66
Ka (%) = (52,16 –
51,66) x 100
52,16 – 48,87
=
0,5 x 100
3,29
=
0,5 x 30,39
=
15,19 %
Kelompok V :
M1 = 48,08
M2 = 51,46
M3 = 50,81
Ka (%) = (51,46 –
50,81) x 100
51,46 – 48,08
=
0,65 x 100
3,38
=
0,5 x 29,58
=
1519,23 %
Table
1. Pengujian Daya Tumbuh di Berbagai Media
Perlakuan media tanam
|
Saat
Berkecamba
|
prosentase
|
||||||||||
Hari
I
|
Hari
II
|
Hari
III
|
Hari
IV
|
Hari
V
|
%
|
%
|
||||||
A
|
B
|
A
|
B
|
A
|
B
|
A
|
B
|
A
|
B
|
A
|
B
|
|
Media
Campuran
|
|
|
40
|
20
|
30
|
20
|
100
|
69
|
|
|
95%
|
83%
|
Tanah
|
|
|
|
|
40
|
30
|
45
|
36
|
8
|
24
|
93%
|
90%
|
Media
Pasir
|
|
|
32
|
37
|
40
|
40
|
17
|
25
|
5
|
0
|
94%
|
92%
|
Media
campur tanah + pasir
|
|
|
|
|
50
|
48
|
15
|
27
|
0
|
0
|
65%
|
75%
|
Tanah
+ pasir
|
|
|
0
|
0
|
57
|
36
|
17
|
37
|
22
|
17
|
96%
|
90%
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar